Jumat, 08 Februari 2008

Surat Merah Jambu



Oleh : Aninditya S.
http://www.islamuda.com [cerpen, baru diakses]

Ini kali pertama ke uraikan senyumku dengan lebarnya... langkahku menuju walimah sahabatku begitu ringan dan riang... saat itu memang langit agak sedikit mendung. Cuacanya kurang mendukung untuk sebuah pesta pernikahan, tapi kegiranganku menutupi langit-langit yang tak bercahaya…… Rini...ya...nama itulah yang akad di Qabulkan oleh seorang ikhwan yang tampan dan gagah berani untuk memperjuangkan islam..

ahaahaahaa hatiku senang sekali dibuatnya.. Persahabatan yang kubina selama ini yayayaya.... kupercaya semua nantinya pasti akan sibuk dengan kehidupnya masing-masing. apalagi mereka yang sudah berkeluarga.

ku buka pintu kamar pengantin yang sudah dihiasi oleh bunga-bunga yang cantik... "mmmm...wangi amat nih kamar rin?" tanya ku dengan mengejutkanya dikamar yang terhias rapih itu. "ya iyalah......kamar buat pacaran kudu wangi...first...disini semuanya serba first" jawabnya kalem... ahahahaha rini, lom aqad aja dah ngeres, emang kudu disapu tuh pikirana..hehehe sejenak kamipun saling pandang, tak terasa air mata kami membendung di kelopak mata. tak tertahan sehingga terjatuh mengalir dipipi. kami pun saling berpelukan terasa sekali akan ada yang hilang. ya..., akan ada yang hilang. masa-masa bersama kami akan lebih sedikit. yaa... inilah konsekuensi kehidupan.

"hiks...hiks..." isak tangis rini semakin menjadi dan membuat hatiku semakin tak kuat menahan bendungan air mata ini. "udah ah rin... nyantai... ntar gw juga nyusul loe... !" hiburku. "hiks... hiks...hiks..."isakanya semakin menjadi. hah...aku bingung! mungkin yang aku rasakan sama dengan yang rini rasakan

krekkk......
terdengar pintu kamar terbuka...,nah... ini yuli sahabat ku juga. kami bersahabat bertiga. dari mulai kongkow bareng sampai melawan idiologi kufur kami selalu bareng. semoga semangat kami tetep Allah satukan.

"Assalamu'alaikum..." sapanya.
"'Alaykumsalam...hei yul. kok baru dateng?" tanyaku, tangisan aku dan rini pun seketika berhenti.
"hei...,," rini menyapa dengan lunglai
"duh...kok pengantin pake ada acara nagis-nangisan segala sih?" celoteh yuli. padahal ku juga tau apa yang yuli rasakan adalah sama dengan apa yang aku rasakan sekarang.
"kapan dateng?" tanyaku mengalihkan perhatian rini
"baru aja nih, duh...macet bo...tadi. jadinya aja deh telat" tiba-tiba aja rini menghampiri yuli dan memeluknya erat...yah...nagis lagi deh!!

detik-detik Akad sebentar lagi akan diselnggarakan, hati kami pun semakin berdegup kencang, entah apa yang ada di otak kami. Harusnya kami bahagia.

Akad pun terselenggarakan, dua cinta menyatu kini. didalam ikatan yang suci dan Allah meridhoi. subhanallah didalam acara akad isaq tangis keluarga menjadi haru biru. sahabat selamat bahagia. Walimatul'Arsy pun terselenggara dengan meriah dan tetep syar'i

menjelang sore badanku sudah letih melayani tamu-tamu yang subhanallah banyak banget. akhirnya, ku sandarakan diri disebuah bangku deket bangku mempelai. tiba-tiba dateng seorang ikhwan menghampiriku.
"Assalamu'alaikum ukhti" sapanya pelan
"Alaykumsalam" jawabku lirih, dengan gaya kaget ku tiba-tiba berdiri.
"ada apa yah? ikhwan diseblah sana mas " kataku sambil menunjukan sebuah tenda yang terlintas hijab.
"afwan, bukan. ana cuma mau ngasih ini ke ukhti rini. dari seorang sahabat" ujarnya "ooo...,yah, syukron yah!"

Ikhwan itupun berlalu begitu saja, tampan memang. tapi... bukan type ku. hahahahahaha
sebuah amplop berwarna merah jambu, tipis. mungkin uang didalamnya. tapi aneh, biasanya pake amplop biasa, tapi ini pake amplop pink. hahahayyyy... ada apakah?

Kulihat rini sudah bersiap-siap menanggalkan baju pengantin yang dia pake, karena resepsi sudah selesai.
"deuh..., pengantin baru, ntar malem asik dunk" gumam yuli...dasar yuli
"ya begitu deh...makanya cepet...cepet walimah...!" ledeknya, kena deh si yuli
"rin...,tadi ada ikhwan yang nitipin ini" kusodorkan amplop berwarna merah jambu itu
"kayanya sih spesial, pastinya uangnya juga warna merah" tawa kami meledak
"buka dunk rin...," pinta yuli

Rini bergegas membuka amplop itu, dan ternyata amplop itu adalah secarik surat. tak lama kemudian setelah rini membaca, rini pun terisak-isak menangis. penasaran kubuatnya. ku ambil kertas itu lalu tuli menghampiri ku. sedangkan kondisi rini masih saja menangis. kufokuskan kedua bola mataku di depan surat itu.


Assalamu'alaikum warahmutullahi wabarokatuh

Untuk Mujahidah pengemban misi yang telah walimah

sebelumnya, ana minta ma'af ya ukhti kharimah. jika kedatangan surat ini menganggu. tapi agar ukhti tau bahwa ada seorang yang sudah berkorban untuk ukhti.

Memang salah ana, selama ana ini ngga pernah kasih kabar sama ukhti. itu lantaran begitu banyak amanah da'wah. setelah kita lulus SMA ana ber Azam bahwa nanti ketika ana pulang dari pengembanan misi ini ana akan mempersunting ukhti. Karena ana tau begitu mulia nya ukhti kalo ana ajak komitmen dengan waktu yang tidak singkat. ukhti pasti akan menolak, yah...ana mafhum. selama ini ana berada di Papua, untuk mengemban misi da'wah kita. memahamkan masyarakat yang luar biasa bodohnya tentang islam. Dipapua sini, setiap hari ana hanya bekerja dan menyelasaikan amanah sebagai hamba Allah. subhanallah perjuangan disini kerasa banget ukhti banyak sekali tantanganya. Sampai-sampai ana lupa ana punya hati di Jakarta sana, hati yang ingin ana ajak untuk hidup bersama. Setelah 6 tahun berada dipapua, dan misi sudah selesai. Alhamdulillah ana bersegera untuk pulang ke Jakarta. Aturan tiga bulan lalu ana sudah pulang. Tapi berhubung ada yang berhalangan untuk meneruskan amanah itu, ana cancel untuk pulang.

Ukhti, selama 6 tahun ini. Do’a malam ana selalu menyertai ukhti. Da’wah ana selalu ukhti hiasi. Karena ana yakin akan berdampingan dengan seorang wanita Sholehah.

Seminggu yang lalu ana sampai di Jakarta. Dan begitu dahsyatnya kaki ini untuk melangkah kerumah ukhti. Sesampainya didepan rumah ukhti. Ana melihat segerombolan orang yang mambawa perlengkapan acara lamaran. Kaki ana tertahan sampai depan rumah ukhti. Ana melihat ukhti dari jauh. Subhanallah wajah yang 6 tahun lalu ana liat kini berbeda, menjadi semakin cantik dan terdapat cahaya ghiroh yang memancar didalamnya. Ukhti, itukah engkau? Hatiku bergetar dibuatnya. Kumudurkan langkahku saat itu. Ku tau, kau sudah akan dipinang. Entah ikhwan mana yang beruntung itu. Langkahku melaju cepat, mundur...dan terus mundur.

Sekarang, ukhti telah berdua. Tapi cinta ana sama ukhti akan ana semaikan dalam Diary hati ana.

Barakallahufik ya ukhti
Semoga menjadi kelaurga yang sakinah, Mawadah dan Warohmah.
Amin

Wassalamu’alaikum

Hendra

Tanganku bergetar dibuatnya
“rin……!” sahutku pelan.
“jadi...,,selama ini laki-laki itu dia rin?” Tanya yuli. Nadanya sedikit agak kesal
isakan rini makin mengeras...
“ssssttttt, rin nanti semua tau! Udah….jadikan ibrah. Bahwa bergantung pada mahluk itu pasti akan kecewa, insya Allah hendra pun mengerti akan hal itu” tukasku sambil kurangkul dia.
“rin Cuma sedih aja……mungkin cinta kita tulus, tapi Allah menghendaki lain”
“ya udah...dirimus ekrang dah punya suami, dialah pengeranmu. Dia amanah yang Allah kasih buat kamu. Dijaga yah!” pesanku pelan.


Malampun tak bias dibendung lagi
Waktu terus berputar
Sehingga sahabatku bias melupakanya
Kejadian kemarin, hari ini dan lusa, harus kita jadikan ibrah.

Silat Lidah, Bebas yang Bablas



Edisi: 94/Jan/08
http://www.islamuda.com (baru akses)

"Untuk jadi panelis, Anda tak perlu punya otak. Asal bisa ngomong dan seksi, Anda bisa tampil di sini. Karena yang jadi panelis di sini pun tidak ada yang punya otak, tapi seksi-seksi kan?” jelas Irwan Ardian. Wacaow, sobat pasti lumayan kaget pas baca statemen tadi. Yup. Itulah salah satu potongan dialog sang pembawa acara di Silat Lidah yang tayang hampir tiap hari di ANTV. Meski acara ini penuh dengan pembicaraan yang serba kontroversial, plus jawaban yang antinalar, tapi tetep aja acara ini laku keras dan seakan jadi ikon talkshow di stasiun tv swasta tersebut.

Ya, Silat Lidah memang sebuah acara yang diformat dengan konsep talk show yang berbeda. Tema-tema yang diusungpun sebenarnya ga layak dijadikan konsumsi umum. Sebut saja tema Wanita = tong kosong, Pacaran sama cowok metroseksual, Kencan pertama, Selingkuh dgn saudara tiri, Suka Daun Muda, Suka Cowok Brondong, dan lain sebagainya. Tema tersebut akan dibahas oleh 6 orang panelis yang ada dalam acara tersebut. Ke-enam orang itu adalah Ria Irawan, Ratna Sarumpaet, Julia Perez, Melissa Karim, Aline Tumbuan dan Lula Kamal. Selain itu, yang juga pernah jadi panelis adalah Djenar Maesa Ayu, Putri Patricia dan Sandrina Malakiano. Meski disebut sebagai panelis, jangan harap kita bisa dapetin solusi di acara ini. Jangan juga berharap tema sentral tadi bakal dianalisis. Sebenarnya tema apapun yang diusung, ga akan pernah bisa mendapatkan solusi konkrit. Yang ada justru tema sentral tadi akan jadi bahan lelucon, asal celoteh bahkan hinaan yang keluar dari mulut panelis, yang sepertinya ga melalui logika yang beres.

Coba saja baca potongan dialog berikut ini. Alia, penonton dari Batam, misalnya, mengeluh karena suaminya selalu mengajak makan di luar. Bagi dia hal itu sebagai pemborosan. Tapi apa tanggapan Irwan? ”lebih baik suami makan di luar daripada dia muntah makan masakan Anda, iya kan?” Djenar Maesa Ayu, bahkan membicarakan dirinya sendiri. ”Gue cere karena gak bisa masak. Jadi kalau suami mau makan di luar malah senang.” Dan Ria Irawan memberi ”solusi” yang luar biasa. ”Kalau makan di luar itu harus didukung, daripada suami jajan di luar.” Dan ramailah para panelis ketawa-ketiwi.

Ya benar, jawaban yang ada dari panelis memang ga pernah ada yang bagus karena cuma obyek canda dan kekonyolan panelis. Omongan mereka selalu kacau balau dan bahkan sering menjerumuskan. Sang host sering ikutan menyimpulkan hasil diskusi yang ga jelas. Salah satu contohnya seorang pengirim surat minta saran untuk bisa lekas punya anak. Kemudian Irwan dengan enteng bilang mbak kalo ga berhasil dengan suami mbak bisa coba dengan saya. Huh dasar asal jablak.

Dalam sebuah artikel di Harian Suara Medeka, Minggu 23 September 2007, acara silat lidah disebut sebagai acara yang memang diseting untuk mendapat kecaman, sehingga popularitasnya akan mengikuti. Memang sih becanda boleh aja, cuman parahnya, segala tindak-tanduk mereka udah diblow up di media. Jadi ga jelas mana tuh skenario dan mana yang betulan. Yang lebih gaswat lagi, kalo sudah melibatkan masyarakat luas maka bisa jadi sangat danger karena kemungkinan besar akan ada yang tersinggung, atau bahkan menjadikan omongan mereka sebagai rujukan. Mungkin karena alasan inilah konon MUI menganggap acara ini tidak pantas.

Sebagai acara yang ringan, ramai, lucu tapi sarat kontroversi. Acara Silat Lidah sengaja dijadikan sebagai rival dari acara talk show yang ada di televisi lain. Seperti Empat Mata di Trans7 dan News dot Com di MetroTV. Silat Lidah memang acara dengan argumen anti mikir. Dan televisi memang ladang yang super subur untuk menjadikan tradisi antimikir ini makin membiak. Hal ini juga dipupuk oleh sikap penonton ngedukung gaya antimikir ini. Para panelis sebenarnya juga menunjukkan betapa akal sehat dan pertimbangan logis lainnya luntur di depan kamera. Para panelis juga seakan tanpa sadar menjadi ikon bahwa perempuan adalah makhluk yang lebih bernilai karena fisiknya daripada otaknya, seperti apa kata Irwan di awal buletin ini. Tuh kan.

Atas nama kebebasan?

Sobat, apa yang udah kita paparin di atas, tidak lain adalah contoh apa yang orang-orang bilang freedom of speech, alias kebebasan berbicara. Nah, menurut sononya, dari literatur yang kita punya, makna kebebasan berbicara ini artinya setiap orang memiliki hak untuk menyatakan pendapat apa saja, di berbagai bidang, dan segala persoalan tanpa terikat dengan batasan apapun (hamalatul amirikiyah lil qodhoi ala al islamiy, 1996). Sekilas, kata kebebasan ini tampak wah dan mentereng. Apalagi, ngelihat kondisi negeri kita saat ini. Sangat butuh orang-orang yang kritis, untuk nanggapi kebijakan orang-orang berdasi di kalangan atas. Masih ingat kan komedi news dot com, dan republik mimpinya. Yup, itu adalah salah satu contoh upaya kritik pada penguasa. He-em, maunya kebebasan ini di-iyakan begitu aja. Mengingat negeri kita saat ini lagi morat-marit, mulai dari hukumnya, konflik sosialnya, krisis keuangannya, dan seabrek problem yang seakan jadi pekerjaan rumah kita semua. Hemm…pusing kali…

Sobat, meski kita udah ngeh permasalahan negeri yang segunung, kita kudu tetep keep warning dan ngga nelan mentah-mentah ide apapun yang ditawarkan. Di awal, kadang keliatannya bisa ngasih jalan keluar, eh, ternyata malah bikin runyam problem yang ada. Seperti ide kebebasan berbicara tadi. Awalnya sebagian besar kita nganggap, ide ini maknyus banget kalo jadi asas kritik dan nasihat. Tapi inget fren, dalam sistem negeri ini ga ada batasan yang jelas, apa itu dan dimana itu kebebasan. Bisa aja di satu saat kebebasan berbicara ini dipake untuk ngritik penguasa yang naikin harga BBM. Tapi di waktu lain, bisa aja ide ini dipake untuk mempertahankan argumen terbitnya majalah playboy, legalisasi judi atas nama bisnis sms premium, perzinahan berkedok sumber pendapatan pajak daerah, pornografi bermerk seni, praktek riba berlabel bunga bank, hingga penghinaan terhadap Allah dan Rasulullah Muhammad SAW. (ngingetin: flashback kasus penghinaan Nabi dalam kartun Koran Jyland Posten Denmark dan Pakistan). Semua itu atas nama freedom of speech.

Begitu pula dengan acara Silat Lidah tadi, ga bakal punya beda yang signifikan. Atas nama kebebasan, semua yang negatif, konon bisa berkonotasi positif. Hal-hal yang tabu untuk diomongin ke publik, jadi konsumsi umum. Jelas, yang dijual tidak lebih dari sekedar rating dan popularitas. Yang ujung-ujungnya memberikan kontribusi uang yang melimpah untuk production house. Patut disayangkan, semakin banyaknya tayangan yang ga mendidik di televisi kita, bukannya menjadikan pemerintah pro aktif untuk memberi rambu-rambu yang jelas pada tiap tayangan yang ada. Masih ingat kan, kasus Smackdown di Lativi? Pemerintah baru menghentikan program tadi pas udah ada anak yang jadi korban jiwa akibat bergulat bebas dengan temannya. Masa begitu toh pak!!

Ga ada kebebasan dalam Islam

Sobat, jangan sinis dulu. Kita omong apa adanya kok. Memang benar lho, ga ada kebebasan dalam Islam, khususnya bagi kamu yang udah jadi seorang muslim. Udah berikrar dua kalimat syahadat. Di dalam Islam, bukanlah kebebasan yang akan kita dapat. Tapi dalam Islam yang ada adalah pengaturan kehidupan. Dalam ibadah, kita ga dibebasin gitu aja, ada aturannya. Kita ga bakal sholat semau kita, tapi juga ada syarat dan rukunnya. Ya, itulah pengaturan. Begitu pula dalam hal yang lain, semisal pergaulan. Ga akan kita temui surah atau hadits yang membebaskan kita bergaul dengan lawan jenis semau kita. Wacaow bisa jadi kebun binatang anyar dong. Tapi yang ada adalah pengaturan. Kalo kita ingin menjalin hidup bersama dengan lawan jenis, kudu lewat aturan yang disebut pernikahan. Bukan yang lain. Hal yang sama akan kita jumpai pada aturan untuk berbicara. Kita ga boleh omong sekenanya. Sekedar jablak. Alih-alih atas dasar kebebasan berbicara. Silent please!!

Rasulullah SAW bersabda, ”Siapa saja yang telah beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia menyatakan Al Khair atau diam.” (HR. Ahmad, Bukhari, Muslim). Banyak ulama yang menjelaskan, kalo yang disebut Al Khair itu adalah Islam atau hal-hal yang benar sesuai dengan Islam. Nah, di hadits ini, malah kita dilarang keras asal jablak dan asal comot dalam berbicara. Tapi sebaliknya, justru kita diperintahkan untuk menyuarakan kebenaran sesuai dengan Islam. Artinya, jangan coba-coba deh memperjuangkan sesuatu dengan argumen, kalo di dalam Islam justru yang kita perjuangin itu salah. Dimanapun itu, di rumah, sekolah, di kampung dll. Justru kita kudu dengerin teman-teman kita yang mencoba ngasih masukan ide sesuai dengan Islam. Tul kan. Jadi coba deh, kita cek sama-sama tingkah kita dalam berbicara. Udah sesuai apa belum dengan Islam, hayoo....

Saring dengan imanmu

Sobat, kita udah ngasih sedikit pendapat kita soal kebebasan berbicara, hubungannya ama acara Silat Lidah, dan koneksinya dengan kehidupan kita. Intinya, iman kita adalah satu-satunya saringan yang bisa kita pake saat ini, untuk menghindari otak kita dari kontaminasi ide-ide dan tingkah laku yang ga sesuai dengan Islam. Kenapa? Saringannya kok cuma iman doang? Em..gimana lagi ya, sebenarnya kan selain iman, kan ada keluarga, masyarakat serta negara yang kudunya juga nerapin aturan Islam. Hanya saja hingga saat ini, keempatnya ga sinkron dan ga seiring untuk bersama menerapkan aturan Allah, sehingga hidup kita ga tambah mulia. Sayang ya...

Nah, kembali ke kita sekarang. Mau apa engga sih untuk nerapin aturan Allah SWT dalam kehidupan kita sehari-hari? Ati-ati lho bagi kamu-kamu yang ogah, Rasulullah SAW bersabda, ”Tidak sempurna iman salah seorang dari kalian, sebelum hawa nafsunya tunduk, pada apa-apa yang aku bawa (Islam).”(HR. Al Baghawi dan Imam Nawawi). Nah sobat, mulai saat ini berpikir lagi deh sebelum bertindak.(dy)